Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Faktor-Faktor Pendorong Interaksi Sosial

Faktor-Faktor Pendorong Interaksi Sosial

Manusia adalah makhluk sosial. Setujukah kamu dengan pernyataan tersebut? Sebagaimana makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa keberadaan orang lain. Oleh karena itulah, manusia selalu mengadakan interaksi dengan manusia lainnya. 

Selain membutuhkan orang lain, manusia melakukan interaksi terdorong adanya faktor-faktor tertentu. Faktor-faktor tersebut antara lain sugesti, imitasi, simpati, identifikasi, motivasi, dan empati. 

a. Sugesti 

Sugesti biasanya berupa pengaruh psikis yang ada pada seseorang yang berasal dari diri sendiri ataupun orang lain karena adanya kepercayaan terhadap sesuatu hal dari orang yang dipercayai. Pengaruh ini biasanya datang secara tiba-tiba dan tanpa adanya pemikiran terlebih dahulu. 

Hal ini disebabkan pengaruh tersebut menggugah emosi spontan yang membuat terhambatnya rasional seseorang. Kondisi ini biasanya terjadi ketika seseorang sedang mengalami suatu kebingungan, kesedihan, kekalutan, kekhawatiran, dan lain-lain. 

Oleh karenanya, individu tersebut akan menerima masukan orang lain tanpa pikir panjang. Sebagai contohnya, karena sudah terlalu lama larut dalam kebimbangan akan penyakit ayahnya yang tidak kunjung sembuh, Rosyid datang kepada Pak Didin mantan dosennya sewaktu kuliah. 

Beliau menyarankan agar Rosyid membawa ayahnya ke pengobatan alternatif. Rosyid pun menerima saran tersebut. Peristiwa ini dinamakan sugesti. 

Lantas, apakah sugesti? Proses sugesti diartikan sebagai suatu proses pemberian pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga pandangan atau pengaruh tersebut diikuti tanpa berpikir panjang. Seperti yang telah terjadi pada Rosyid. 

b. Imitasi 

Sebagai seorang calon sosiolog, pernahkah kamu mengamati lingkungan sekitarmu? Fenomena-fenomena apa yang sedang terjadi? Pernahkah kamu melihat seseorang berpenampilan bak seorang selebriti? 

Atau seorang yang mirip dengan artis terkenal mulai dari penampilan, gaya rambut, gaya hidup serta tingkah lakunya? Proses ini secara sosiologis dinamakan imitasi. Imitasi pada hakikatnya adalah proses belajar seseorang dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain. 

Dalam hal ini bukan hanya sikap yang ditiru namun penampilan (performance), tingkah laku (behaviour), maupun gaya hidup (life style), bahkan apa saja yang dimiliki orang tersebut. 

Seperti pada contoh di atas, pada dasarnya ketika seseorang melakukan peniruan terhadap sesuatu yang menarik dari orang yang dikagumi akan muncul suatu kebanggaan dalam jiwa orang yang bersangkutan. 

Selain peniruan terhadap pola pikir dan perilaku orang lain, imitasi dapat pula berwujud peniruan terhadap benda-benda hasil karya atau artefak. Masih ingat, lukisan Monalisa yang tersebar di dunia adalah salah satu wujud imitasi terhadap bendabenda hasil karya.

Tidak dapat dimungkiri, melalui proses imitasi seseorang dapat belajar nilai dan norma dalam masyarakat. Namun, dapat pula menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku. 

c. Identifikasi 

Proses identifikasi berawal dari rasa kekaguman seseorang kepada tokoh idolanya. Namun, lambat laun kekaguman tersebut mendorong seseorang untuk menjadikan dirinya sama atau identik dengan tokoh tersebut. 

Dalam proses ini seseorang tidak sekadar meniru gaya hidup, tingkah laku ataupun perbuatan sang idolanya. Namun, menempatkan kepercayaan dan nilai yang dianut sang idola menjadi kepercayaan dan nilainya sendiri. 

Oleh karenanya, dalam identifikasi seseorang mengenal betul tokoh idolanya. Pada dasarnya, proses identifikasi jauh lebih mendalam daripada imitasi. Berdasarkan pembahasan di atas, pernahkah kamu melakukan identifikasi? 

Sebagai contoh, Aldo salah satu penggemar grup band Slank. Sikap serta keyakinan setiap anggota Slank seolah-olah telah menjadi bagian hidup Aldo. Paham serta pandangan grup band Slank menjadi falsafah hidupnya. 

Lirik lagunya bagaikan mantra yang selalu dibawa ke mana pun Aldo pergi. Sedapat mungkin, Aldo menyamakan diri dengan anggota grup band Slank. Proses inilah yang dinamakan identifikasi. 

d. Simpati 

Jika kita merenungkan keadaan bangsa Indonesia saat ini, memang inilah saatnya kita kembali ingat kepada Yang Kuasa. Bencana datang silih berganti menerjang bangsa ini. Mulai dari badai, longsor, gempa, hingga tsunami di mana menelan korban jiwa yang tidak sedikit. 

Pada tanggal 26 Desember 2004 bencana tsunami di Aceh, 21 Februari 2005 longsor sampah di Cimahi, 14 Mei 2006 Gunung Merapi menunjukkan aktivitasnya, 27 Mei 2006 gempa tektonik di Yogya dan Jawa Tengah, 20 Juni 2006 longsor dan banjir bandang di Sinjai, Sulawesi Selatan. 

Sebagian besar dari mereka kehilangan harta benda, tempat tinggal, bahkan sanak saudara mereka. Kehidupan mereka berubah drastis. Mereka harus hidup di daerah pengungsian dengan kondisi yang memprihatinkan. 

Melalui peristiwa ini, rasa simpati kita sebagai manusia tergugah. Tidak jarang hati kita ikut merasakan kesedihan mereka. Oleh karena perasaan-perasaan tersebut, kita melakukan tindakan-tindakan untuk meringankan beban penderitaan para korban. 

Proses inilah yang disebut simpati. Sekilas simpati tampak sama dengan identifikasi karena menuntun seseorang untuk memosisikan diri pada keadaan orang lain. Hanya saja, dalam simpati perasaan yang memegang peranan. 

Walaupun demikian, dorongan utama adalah bekerja sama dengan pihak lain tanpa memandang status sosialnya. Selain itu, simpati dapat menjadi dorongan yang sangat kuat pada diri seseorang untuk melakukan kontak dan komunikasi dengan orang lain.

e. Motivasi 

Motivasi dalam suatu interaksi sosial merupakan dorongan yang mendasari seseorang untuk melakukan perbuatan berdasarkan pertimbangan rasionalistis. Sebagai contohnya, seseorang bekerja keras siang dan malam bertujuan untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. 

Motivasi dalam diri seseorang dapat muncul disebabkan faktor atau pengaruh dari orang lain sehingga individu melakukan kontak dengan orang lain. 

f. Empati 

Dalam hal ini, rasa empati merupakan rasa haru ketika seseorang melihat orang lain mengalami sesuatu yang menarik perhatian. Empati merupakan kelanjutan rasa simpati yang berupa perbuatan nyata untuk mewujudkan rasa simpatinya. 

Sebagai contohnya, ketika melihat para korban bencana gempa di Yogya, tanpa sadar air mata kita menetes, seolah-olah kita merasakan penderitaan mereka. Segala bentuk bantuan akan kita lakukan untuk menolong mereka. Tindakan ini dalam sosiologi dinamakan empati.

Bona Pasogit
Bona Pasogit Content Creator, Video Creator and Writer

Posting Komentar untuk "Faktor-Faktor Pendorong Interaksi Sosial"

close