Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Potensi Sumber Daya Alam Tambang

Potensi Sumber Daya Alam Tambang

Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak dalam kawasan “Ring of Fire”. Posisi Indonesia yang terletak di pertemuan Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik menjadikan Indonesia memiliki banyak gunung berapi (Utomo & Purba, 2019). 

Magma yang keluar dari perut bumi pada wilayah “Ring of Fire” mengandung berbagai logam berharga (Sunan & Pratomo, 2020). Oleh karena itu, Indonesia menjadi salah satu negara dengan potensi bahan tambang yang melimpah.

Pertambangan adalah kegiatan pengambilan endapan bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun manual yang terletak di permukaan, di bawah permukaan bumi, dan di bawah permukaan air. 

Pertambangan menurut UU No.4 Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara merupakan tahapan kegiatan penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan, dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang (Alkhabsi & Trianda, 2020). 

Oleh karena itu, sumber daya tambang merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat menguntungkan bagi negara. Bahan tambang terbagi menjadi 3 golongan, yaitu golongan A, B, dan C. Hal tersebut sesuai dengan isi UU No.4 Tahun 2009. 

Bahan galian A merupakan bahan strategis yang berfungsi untuk pertahanan, keamanan, dan perekonomian negara seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam (Lutfi et al., 2019). 

Bahan galian B merupakan bahan vital karena untuk menjamin kepentingan hidup orang banyak seperti besi, mangan, tembaga, dsb (Arianto, 2020). Bahan galian C merupakan bahan yang tidak termasuk dalam bahan galian A dan B, serta mudah untuk didapatkan seperti marmer, pasir, pasir kuarsa, dsb (Alkhabsi & Trianda, 2020). 

Berdasarkan wujudnya, barang tambang dibedakan menjadi tiga, yaitu padat, cair, dan gas. Barang tambang berwujud padat seperti batu bara, nikel, bijih besi, dan bauksit. Minyak bumi merupakan barang tambang berwujud cair, dan gas bumi merupakan contoh dari barang tambang berwujud gas. 

1) Minyak bumi 

Minyak bumi dan gas bumi merupakan sumber energi yang banyak digunakan untuk keperluan industri, transportasi, dan rumah tangga. Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) menyatakan cadangan minyak mentah akan bertahan untuk sekitar 23 tahun. 

Kebanyakan produksi minyak di Indonesia dilaksanakan oleh para kontraktor asing menggunakan pengaturan kontrak pembagian produksi. Chevron Pacific Indonesia, anak perusahaan Chevron Corporation adalah produsen minyak mentah terbesar di negara ini, berkontribusi sekitar 40% dari produksi nasional. 

Pemain-pemain besar lainnya di industri minyak Indonesia adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pertamina, Total, ConocoPhillips, PetroChina, CNOOC, Medco, BP, Kodeco, dan Exxon Mobil. 

Ladang Minyak Banyu Urip di Jawa Timur, bagian dari Blok Cepu, memiliki cadangan minyak terbesar (mengandung sekitar 450 juta barel minyak) yang belum dieksploitasi dan dapat berkontribusi secara signifikan untuk volume produksi minyak Indonesia. 

Proyek yang dikelola Exxon Mobil dan Pertamina ini, dengan kepemilikan saham masing-masing 45% (melalui anak-anak perusahaannya Mobil Cepu dan Pertamina EP Cepu), mulai beroperasi di 2015. Produksi diperkirakan untuk mencapai tingkat puncak pada 165.000 barel per hari di 2016. 

Selanjutnya Ladang Minyak Bukit Tua (bagian dari Blok Ketapang di Jawa Timur, dioperasikan oleh Petronas Carigali) mulai beroperasi di bulan Maret 2015 dan produksi mungkin meningkat menjadi 20.000 barel per hari pada akhir 2015. (indonesia-investments.com) 

2) Batu bara 

Batu bara digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai keperluan. Energi yang dihasilkan batu bara dapat digunakan untuk pembangkit listrik, untuk keperluan rumah tangga (memasak), pembakaran pada industri batu bata atau genteng, dan sebagainya. 

Indonesia merupakan salah satu negara produsen dan pemilik cadangan batu bara terbesar dunia. Indonesia memiliki cadangan batu bara sebanyak 0,5% dari cadangan batu bara dunia. Akan tetapi pemanfaatan batu bara tersebut masih belum optimal. 

Sejak tahun 2016, pemanfaatan batu bara domestik masih pada kisaran 20-25% dan selebihnya diperuntukkan bagi ekspor. Batu bara menjadi salah satu hasil tambang mineral di Indonesia. Hasil produksi batu bara di Indonesia terus mengalami peningkatan. 

Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik), produksi barang tambang mineral di tahun 2017 adalah sebanyak 461.087.221 ton, tahun 2018 sebesar 557.983.706 ton, dan tahun 2019 sebanyak 616.154.054 ton. Pemerintah berupaya meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan batu bara dalam negeri. 

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu bara mengamanatkan agar tidak lagi dilakukan ekspor bahan mentah. 

Pengembangan di sektor mineral dan batu bara dimaksudkan sebagai salah satu upaya mengoptimalkan produk hasil pertambangan. 

Terdapat tujuh skema hilirisasi untuk batu bara yang disiapkan pemerintah, mulai dari peningkatan mutu batu bara, pembuatan briket, pembuatan kokas, pencairan batu bara, gasifikasi batu bara termasuk underground coal gasification, dan campuran batu bara-air. 

Selain itu, UndangUndang tersebut juga mengamanatkan pemanfaatan batu bara. Salah satunya pemanfaatan secara mandiri oleh pemegang izin usaha pertambangan untuk pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di mulut tambang. (apbi-icma.org) 

Salah satu perusahaan di Indonesia yang akan menerapkan proses hilirisasi batu bara ialah PT Bukit Asam Tbk. Dalam pembangunanya, PT Bukit Asam Tbk bekerjasama dengan PT Pertamina dan Air Products and Chemicals, Inc. 

(USA) sebagai investor. PT Bukit Asam Tbk akan melakukan hilirisasi dengan teknologi gasifikasi yang dilakukan di Tanjung Enim, Muara Enim, Sumatra Selatan. Melalui proses gasifikasi batu bara akan diubah menjadi dimethyl ether (DME), maka nilai batu bara akan bertambah. 

Persiapan pembangunan proyek batu bara menjadi DME ini akan dimulai pada awal tahun 2021 dan ditargetkan pabrik beroperasi pada Triwulan-II tahun 2024. DME dapat digunakan sebagai alternatif pengganti LPG yang angka impornya terus meningkat setiap tahun. 

Dengan adanya proses hilirisasi batu bara menjadi DME, diharapkan impor LPG dapat ditekan dan ketahanan energi nasional dapat dipertahankan. 

3) Nikel 

Nikel merupakan suatu logam mengkilap dengan warna putih keperakperakan. Nikel memiliki beberapa sifat sebagai berikut 

  • keras dan mulus, 
  • bila terkena udara tidak mengalami perubahan, 
  • tahan terhadap oksidasi, 
  • pada suhu ekstrim masih bisa mempertahankan sifat aslinya, dan 
  • banyak digunakan dalam berbagai industri serta aplikasi komersial. 

Indonesia memiliki cadangan nikel yang melimpah. Indonesia memiliki 30% cadangan nikel dunia, yaitu sebesar 21 juta ton yang ditemukan di Halmahera Timur di Maluku Utara, Morowali di Sulawesi Tengah, pulau Obi di Maluku Utara, dan pulau Gag di Kepulauan Raja Ampat. 

Bijih nikel laterit (limonit dan saprolit) merupakan komoditas umum di industri nikel di Indonesia yang sangat berlimpah. Kondisi ini menjadi alasan dibangunnya industri baterai kendaraan listrik berjenis NCA (nikel kobalt aluminium oksida) dan NMC (nikel mangan kobalt oksida). 

Empat badan usaha milik negara, yaitu PLN, Antam, Inalum, dan Pertamina membentuk Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk mendukung upaya pemerintah meningkatkan nilai tambah komoditas mineral yang lebih strategis. 

IBC membuka kesempatan bekerja sama untuk proyek sektor hilir berdasarkan profitabilitas. Kerja sama ini mencakup kemampuan akses pasar dan pen-danaan untuk mengembangkan produksi mineral dari cadangan perusahaan. 

Selain itu, IBC juga turut serta dalam upaya hilirisasi nikel dengan membangun smelter feronikel di Halmahera Timur bernama Haltim. Smelter ini memiliki kapasitas produksi 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun.

4) Bijih besi 

Seperti yang kita ketahui, bijih besi merupakan salah satu unsur yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak jenis besi yang kita temui berasal dari peleburan dan pencampuran antara bijih besi dengan unsur lainya. 

Bijih besi memiliki beberapa manfaat seperti: bahan baku pembuatan kawat dan besi baja, bahan dasar dalam pembuatan lampu penerangan jalan dan tiang rambu lalu lintas, bahan baku pembuatan besi tempa dan besi tiang, serta bahan pembuatan baja sedang dan lunak.

Indonesia yang kaya bijih besi ini disebabkan oleh struktur geologi yang dimiliki Indonesia yang sangat kompleks. Sumber daya bijih besi yang tersebar di tiap Provinsi Indonesia mencapai 1 miliar ton (kurang lebih 0,49% dari total sumber daya dunia). 

Daerah penghasil Bijih Besi di Indonesia dapat dijumpai di Cilacap (Jawa Tengah), Cilegon (Banten), pulau Derawan (Kalimantan Selatan), pulau Sebuku (Kalimantan Selatan), Gunung Tegak (Lampung), Lengkabana (Sulawesi Tengah), Longkana (Sulawesi Tengah), dan Pegunungan Verbeek (Sulawesi Tengah). 

Penambangan bijih besi skala besar di Indonesia banyak dilakukan di daerah Kalimantan Selatan. Sementara pertambangan skala kecil lainnya banyak dilakukan di daerah Kalimantan Barat, Jambi, Riau, Bangka Belitung, dan Sulawesi Utara. (duniatambang. co.id) 

5) Bauksit 

Bauksit merupakan suatu mineral yang susunannya didominasi oleh oksida aluminium dengan warna kekuningan atau putih. Aluminium tersebut banyak digunakan untuk industri pesawat terbang, onderdil otomotif, dan perkapalan yang banyak menggunakan bauksit secara masif. 

Kementerian Perindustrian mendorong percepatan industri pemurnian dan pengolahan bauksit menjadi alumina. Salah satu daerah yang mengembangkan industri ini ialah Kalimantan Barat. 

Salah satu fasilitas pemurnian bauksit yang menghasilkan alumina yaitu PT Well Harvest Winning di Ketapang, Kalimantan Barat. Fasilitas pemurnian ini tepatnya ber-lokasi di Sungai Tengar, Mekar Utama, Kendawangan, Kabupaten Ketapang. 

Jika menggunakan perjalanan darat dari ibukota Kalbar, Pontianak, mencapai 17 jam atau sekitar 480 km. Ketapang merupakan salah satu dari 14 kawasan industri yang tengah dikembangkan Kemenperin dengan konsentrasi pengolahan alumina. 

Kemenperin menghitung nilai tambah industri bauksit berlipat-lipat dibanding bahan mentah. Kalkulasinya, bijih bauksit sebanyak 6 ton yang sekitar USD 3,85 per ton (nilai penjualan USD 23,1) menghasilkan metallurgical grade bauxite (MGB) sebanyak 3 ton yang harganya USD 38 per ton (nilai penjualan USD 114). (kemenperin.go.id) 

Proses terbentuknya bahan galian, khususnya tambang, sangat beragam dengan waktu yang sangat lama. Bahan tambang umumnya terbentuk ratusan juta tahun yang berasal dari endapan tumbuhan, hewan, serta plankton. 

Waktu yang diperlukan setiap bahan tambang untuk terbentuk tergantung pada jenis tambang itu sendiri. Bahan tambang tergolong dalam sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Oleh sebab itu diperlukan tindakan yang tepat dalam pemanfaatan dan pengelolaannya. 

Kegiatan pertambangan terdiri atas kegiatan observasi dan eksploitasi di permukaan bumi maupun di daerah litosfer. 

  • Observasi pada kegiatan pertambangan dilakukan dengan pengamatan ke daerah yang secara teoritis diperkirakan memiliki sumber tambang. 
  • Eksplorasi pada kegiatan pertambangan dilakukan dengan penyelidikan terhadap keadaan mineral tambang serta kemungkinannya untuk dimanfaatkan secara ekonomis. Eksplorasi terdiri atas dua macam kegiatan, yakni kegiatan penyelidikan tentang jumlah mineral dan persebarannya, serta keuntungan ekonomisnya jika sudah dikelola, dan penentuan syarat teknis.

Bona Pasogit
Bona Pasogit Content Creator, Video Creator and Writer

Posting Komentar untuk "Potensi Sumber Daya Alam Tambang"

close