Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perempuan dan Politik

Perempuan dan Politik

Perempuan dan politik merupakan rangkaian dua kata yang dijadikan slogan oleh partai politik. Tatanan kehidupan umat manusia yang di dominasi kaum lakilaki atas kaum perempuan sudah menjadi akar sejarah yang panjang. 

Di dalam tatanan itu perempuan ditempatkan sebagai the second human being (manusia kelas kedua) yang berada di bawah prioritas laki-laki yang membawa implikasi luas dalam kehidupan social di masyarakat. 

Perempuan selalu di anggap bukan makhluk penting melainkan sekedar pelengkap yang diciptakan dan untuk kepentingan laki-laki. Sulit bagi perempuan untuk melangkah ke ranah kekuasaan selama gagasan tentang kekuasaan selalu diidentikkan dengan maskulinitas. 

Oleh karena itu agar perempuan merasa nyaman dan langgeng dalam dunia kekuasaan mereka tidak harus mengubah jati diri menjadi maskulin, yang harus berubah dan diubah adalah kekuasan itu sendiri. Sudah saatnya kekuasaan kita yang selama ini penuh dengan maskulin harus di rubah dengan yang feminim. 

Untuk itu kaum perempuan masih harus bekerja keras, mereka harus selalu disadarkan bahwa kekuasaan bukanlah sesuatu yang begitu saja turun. Kekuasaan bukan serta merta diberikan melainkan harus diperjuangkan bahkan sejarah mengajarkan tidak ada orang didunia ini yang menyerahkan kekuasaannya begitu saja. 

Karena itu jika perempuan menginginkan kekuasaan harus mencari dan bersungguh-sungguh mengelolanya. Sebab laki-laki tidak mau menyerahkan kekuasaannya begitu saja baik kepada sesame laki-laki terlebih lagi kepada perempuan. 

Suatu konsep mengenai kekuasaan perempuan yang berbeda dengan kekuasaan laki-laki yang selama ini menjadi acuan semua pihak. Kekuasaan dalam konsep feminisme adalah kekuasaan yang penuh dilimpahi kasih sayang. 

Kekuasaan semacam ini tidak berpusat pada diri sendiri melainkan lebih diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu kekuasaan perempuan juga mencakup gagasan memberdayakan orang lain. 

Perempuan dan politik sering digunakan slogan untuk kampanye agar perempuan tertarik menyumbangkan suaranya pada partai politik. Akan tetapi itu hanya sebagai sebatas slogan karena saat pemilu berakhir partai politik lupa akan janjinya. 

Kepentingan perempuan saat kampanye dijanjikan akan dijadikan sebagai agenda politik tidak pernah di realisasikan. Kalaupun diajak namanya ditempatkan pada urutan bawah atau yang dikenal dengan nomer sepatu. 

Berbagai alasan dikemukakan oleh para pemimpin partai perihal penurunan keterwakilan perempuan di DPR. Pertama partai politik kesulitan dalam merekrut anggota legislatif perempuan. Persoalan mengadang tidak hanya pada kuantitas tetapi juga kualitas calon. 

Alasan minimnya kader perempuan terkait dengan sistem pengaderan partai yang memang tidak memberi tempat, perhatian serta peluang pada perempuan. Kedua, partai politik mengaku sulit mengajak perempuan terlibat dalam wacana politik, karena rendahnya kesadaran politik. 

Selain kendala- kendala tersebut perempuan juga terhambat karena modal. Karena untuk bisa masuk ke lembaga-lembaga politik formal seseorang harus memiliki sumber daya ekonomi (modal). Perempuan pada setiap tingkat sosial- politik merasa dirinya kurang terwakili dalam parlemen dan jauh dari keterlibatan dalam pembuatan keputusan. 

Perempuan yang ingin masuk dalam dunia politik secara kenyataan bahwa publik dan budaya sering bermusuhan. Perempuan dan politik sering mengalami pasang surut yang berakhir pada penyempurnaan. 

Partisipasi perempuan dalam pembangunan terutama dalam pengambilan keputusan dan menduduki posisi strategis sangat rendah, baik di bidang eksekutif, legislative yudikatif maupun lembaga lainnya. Perempuan dan politik merupakan dua hal yang sulit dibayangkan terutama pada Negara- Negara berkembang. 

Hal ini disebabkan telah dibentuk oleh budayanya masing- masing yang menekankan bahwa kedudukan atau peranan wanita berkisar dalam lingkungan keluarga. Sedangkan politik yang digambarkan sebagai sesuatu yang berkenaan dengan kekuasaan. 

Akan tetapi kedudukan perempuan yang demikian ternyata tidak dapat dipertahankan karena dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedikit demi sedikit bermula dari dunia barat perempuan dapat menaikkan posisinya di berbagai bidang termasuk politik. 

Memang masih terdapat hambatan yang besar untuk menembus pandangan bahwa politik adalah hanya milik laki-laki, tetapi kini masyarakat mulai menyadari bahwa baik di Timur maupun Barat perempuan dapat terjun dan terlibat dalam politik asalkan diberi kesempatan. 

Sekarang ini hampir semua negara telah memberikan hak politiknya pada warga perempuannya. PBB telah berjasa besar bagi proses perkembangan kedudukan perempuan. Usaha PBB dalam mempebaiki kedudukan perempuan adalah membentuk badan The United Nations Committee on the Status of Women. 

Dalam sidangnya yang pertama pada tanggal 11 Desember 1948, PBB memperingati pada anggotanya agar membentuk undang- undang yang menjamin persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Keterlibatan perempuan Indonesia dalam politik sebenarnya bukan lagi merupakan hal yang baru, karena mereka telah turut serta secara aktif dalam pergerakan kebangsaan.
Bona Pasogit
Bona Pasogit Content Creator, Video Creator and Writer

Posting Komentar untuk "Perempuan dan Politik"

close