Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teori Geosentris vs Teori Heliosentris

Geosentris vs Heliosentris

Pada jaman Yunani kuno, orang berpendapat bahwa bumi itu merupakan dataran yang sangat luas dengan tepi-tepi berupa lautan. Masyarakat Mesir kuno, pada masa peradaban Mesopotamian (abad ke-8 sebelum Masehi) orang-orang beranggapan bahwa dunia mereka berbentuk seperti piring yang dikelilingi oleh laut. 

Pemikiran seperti ini tidak hanya dianut oleh orang-orang Yunani kuno maupun Mesir kuno, namun orang Israel kuno pun juga mempercayai hal yang sama. Belahan bumi lain, seperti bangsa India kuno dan Cina kuno, juga menganggap bahwa bumi berbentuk dataran dengan tepi laut. 

Tokoh yang mempopulerkan bahwa bumi berbetuk datar adalah Aristoteles. Meskipun bertahan lama dan mendapat dukungan dari Dewan Gereja, perkembangan ilmu pengetahuan tetap berjalan dan pengamatan-pengamatan tentang bumi maupun jagat raya terus berkembang. 

Hingga abad 17, pandangan tentang bumi datar mulai mendapat tentangan dari beberapa pihak, yang menyatakan bahwa bentuk bumi adalah bulat. Tokoh-tokoh yang menyatakan bentuk bumi itu bulat antara lain Nicolaus Copernicus dan Galileo Galilei. 

Meskipun hasil peng amatannya banyak yang memercayai, tetapi mereka mendapat pertentangan dari paham se belumnya, termasuk dimusuhi pihak Dewan Gereja, karena dianggap menyesatkan. Meski banyak pertentangan Copernicus dan Galileo tetap menyelidiki dan melanjutkan teoriteo rinya, bahkan mereka mulai mengungkapkan teori barunya tentang pusat peredaran bendabenda langit.

1. Pandangan Geosentris 

Geosentris adalah suatu pandangan atau paham yang menyatakan bahwa bumi merupakan pusat peredaran dari benda-benda langit. Ilmuwan yang mengemukakan pandangan geosentris pertama kali adalah Anaximander (526 SM) dan Thales (546 SM) fi lsuf kebangsaan Yunani. 

Pada awalnya, manusia menganggap bahwa bumi mempunyai kedudukan istimewa di alam semesta ini, karena melihat matahari terbit disebelah timur, pada tengah hari ada ditengah kepala kita dan terbenam di sebelah barat. Hal ini berarti matahari mengintari bumi. 

Teori Geosentris vs Teori Heliosentris
 Claudius Ptolemy

Dalam ilmu astronomi, teori Geosentris dipopulerkan oleh seorang ilmuwan Yunani bernama Claudius Ptolemy. Paham geosentris menganggap bumi sebagai pusat Jagat raya, meyakini bahwa se mua benda langit mengelilingi bumi dan bumi merupakan pusat kekuatan alam semesta. 

Anggapan ini pula yang mendasari hipotesis “geosentris” yang dikemukakan oleh Claudius Ptolemaeus. Ptolomeus dalam paham geosentris sudah menguraikan tentang gerak bulan, planet, dan matahari, yang berotasi mengelilingi bumi. 

Pandangan Geosentris bertahan sangat lama, dan semua orang percaya, termasuk kalangan gereja dan teokrat. Keterbatasan alat pada masa itu memang sangat berpengaruh terhadap pengamatan benda-benda langit. 

Karena jarak obyek yang ada di langit begitu sangat jauh, maka bendabenda langit terlihat lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran bumi. Sehingga tidak heran kalau kita mengatakan bumi yang ukurannya besar akan menjadi pusat bagi benda langit yang lebih kecil. 

Astronom pada masa itu menentukan peta bola langit yang didasarkan pada bumi sebagai pusatnya. Bahkan sampai sekarang, peta langit masih menggunakan bumi sebagai pusat tata koordinat. Kebanyakan tata koordinat langit merupakan tata koordinat yang geosentrik. Hal ini dilakukan untuk kemudahan bagi navigasi, misalnya nahkoda dalam mengenali posisi kapal. 

2. Pandangan Heliosentris 

Pemahaman manusia tentang alam semesta semakin bertambah seiring dengan perkembangan pemikiran manusia dan kemajuan ilmu dan teknologi. Setelah ditemukan teleskop, ilmuwan dan para astronom mulai lebih mendalam dan jeli dalam mengamati benda-benda langit. 

Gerak benda-benda langit menjadi lebih rumit untuk dijelaskan dalam pandangan geosentris. Maka lama kelamaan para astronom mulai meragukan kebenaran paham geosentris. 

Ketika Nicolaus Copernicus, seorang ilmuwan dari Eropa (1473 – 1543) meluncurkan buku “De Revolusionibus Orbium Celestium”, yang isinya menentang pandangan geosentris, dan menyatakan bahwa matahari sebagai pusat alam semesta dan pusat peredaran seluruh benda-benda langit. 

Teori Geosentris vs Teori Heliosentris
Galileo Galilei

Pandangannya ini dinamakan teori heliosentris. Namun ketika ia mempresentasikan pandangannya kepada Gereja Katolik, Copernicus mendapat kecaman keras, dan akhirnya harus menerima hukuman mati dari Dewan Gereja. 

Meskipun Copernicus telah tiada, konsep heliosentris mulai dipercaya dan banyak yang mempelajari lebih detil. Diantaranya adalah Galileo Galilei (1564-1642) yang tertarik dan mendukung teori heliosentris dari Co pernicus. 

Dengan penemuan teleskop yang lebih besar, Galileo mengamati bendabenda langit dan mem pelajari teori Copernicus. Hasilnya membuktikan bahwa teori heliosentris yang dikemukakan oleh Co pernicus adalah benar. 

Hasil penemuan Galileo tentang heliosentris, tetap men jadikan pertentangan dengan Dewan Gereja pada saat itu. Dan hal ini menimbulkan kebingungan di kalangan umat. Galileo ditangkap oleh tim investigasi Dewan Gereja di Roma. 

Dari penyelidikan tim tersebut, Dewan Gereja menyatakan bahwa teori heliosentris tidak dapat dibuktikan sesuai dengan standar pengetahuan pada waktu itu, sehingga Galileo dinyatakan bersalah dan anti Kitab Suci. 

Geosentris vs Heliosentris
Teori Geosentris Ptolomeus dan Heliosentris Copernicus

Galileo dihukum harus mencabut pernyataannya, dan Galileo disuruh berjanji untuk ti dak akan mengajarkan teori ini lagi. Selain itu Galileo dihukum tidak boleh keluar rumah hing ga meninggal. Berikut ini gambaran perbedaan kedudukan benda-benda langit dalam pandangan geosentris dan heliosentris yang dikemukakan oleh Ptolomeus dan Copernicus.

Bona Pasogit
Bona Pasogit Content Creator, Video Creator and Writer

Posting Komentar untuk "Teori Geosentris vs Teori Heliosentris"

close