Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kelompok dan Pengelompokan Sosial

Kelompok dan Pengelompokan Sosial

Kalian tentu memiliki sebuah kelompok sosial, bukan? Menurut kalian, apakah kelompok sosial terbentuk begitu saja? Bagaimana proses pembentukannya? Lantas, apakah konsep kelompok sosial sama dengan pengelompokan sosial? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat kalian temukan dengan menyimak pembahasan berikut.

1. Konsep Kelompok Sosial 

Kalian telah mempelajari objek kajian sosiologi di kelas X, yaitu masyarakat. Unit-unit dalam masyarakat dapat kalian identifikasi mulai dari individu, kelompok, hingga bentuk yang lebih besar berupa lembaga sosial. Artinya, kelompok sosial adalah salah satu unit masyarakat yang perlu dikaji dalam ilmu sosiologi.

2. Dasar Pembentukan Kelompok Sosial

Apakah kelompok sosial terbentuk dengan sendirinya? Apakah kalian mengetahui dasar pembentukan kelompok pada cerita Teman Baru di Kelas yang Baru? Coba ceritakan pendapat kalian secara santun di kelas. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. 

Oleh karena itu, manusia selalu membutuhkan kelompok sosial. Kelompok sosial dapat terbentuk ketika individu-individu saling berinteraksi, mengenal, menemukan kesamaan, dan menyadari kesamaan tujuan yang hendak dicapai. 

Kelompok sosial terbentuk atas dasar kesamaan kepentingan, tempat tinggal, keturunan, pengalaman, dan ideologi tertentu. Sementara itu, tujuan yang mendorong pembentukan kelompok di antaranya keinginan untuk meneruskan keturunan, memenuhi kebutuhan hidup, dan memperoleh efektivitas kerja. 

Sebuah kelompok sosial dapat mencapai tujuannya jika terdapat norma yang disepakati dan ditaati bersama. Selain itu, pembagian tugas atau peran antaranggota di dalamnya harus berjalan baik. 

Misalnya, cerita Teman Baru di Kelas yang Baru menunjukkan bahwa seorang anggota kelompok keluar dari keanggotaannya. Masalah tersebut terjadi karena peran yang dijalankannya tidak optimal sehingga menimbulkan perselisihan dalam kelompok. 

Oleh karena itu, menjalin interaksi sosial antaranggota kelompok menjadi sangat penting. Interaksi sosial yang baik dapat menciptakan rasa saling memahami, mempermudah koordinasi, dan mendorong terciptanya solusi atas berbagai kendala dalam kelompok. 

3. Perkembangan Kelompok Sosial

Kalian telah mengidentifikasi ciri dan menyimpulkan pengertian kelompok sosial. Selanjutnya, kalian akan mengidentifikasi proses pembentukan kelompok sosial. Cerita Teman Baru di Kelas yang Baru yang telah kalian simak sebenarnya menunjukkan awal pembentukan sebuah kelompok sosial. 

Kelompok sosial tidak terbentuk dengan sendirinya, tetapi melalui beberapa proses sosial. Selain itu, cerita tersebut juga menunjukkan seorang anggota dapat berpindah keanggotaan kelompok. Bahkan, pada kondisi tertentu kelompok sosial bisa mengalami pembubaran.

Suatu kelompok sosial dapat mengalami perkembangan. Bruce W. Tuckman merupakan salah satu tokoh yang mengemukakan tahapantahapan dalam perkembangan tersebut, yaitu forming, storming, norming, performing, dan adjourning (Forsyth, 2010: 20). 

Tahapan perkembangan kelompok dapat memudahkan kalian mengidentifikasi kondisi suatu kelompok sosial. Dengan demikian, kalian bisa mengambil sikap dan berpartisipasi aktif dalam memelihara keberlangsungan kelompok sosial. 

Ilustrasi tahapan perkembangan kelompok menurut Bruce W. Tuckman dapat kalian amati pada gambar berikut.

Kelompok dan Pengelompokan Sosial

Perkembangan kelompok diawali dengan fase pembentukan (forming). Pada fase forming setiap anggota kelompok mulai saling mengenal, mendalami karakteristik satu sama lain, dan menunjukkan citra positif agar bisa diterima dengan baik. 

Proses tersebut tidak selalu berjalan dengan baik. Terkadang terdapat perbedaan pendapat, ide, ataupun tujuan antaranggota kelompok. Perbedaan tersebut dapat memicu terjadinya konflik dalam kelompok. Tahap inilah yang disebut dengan fase storming. 

Sementara itu, apabila konflik bisa teratasi dengan membangun norma, struktur, dan sistem yang disepakati bersama, fase adjourning dapat dihindari dan berubah menuju fase norming. 

Fase-fase tersebut dapat terjadi berulang hingga antaranggota kelompok dapat menyelesaikan masalah dengan berkonsentrasi pada pekerjaan dan peran masing-masing. Pada fase performing antaranggota kelompok dapat menunjukkan kinerja yang optimal dan mempertahankan kondisi kelompok. 

Akan tetapi, pada kondisi tertentu suatu kelompok juga dapat mengalami pembubaran (adjourning) ketika konflik dan perbedaan tidak diselesaikan secara baik. Dengan demikian, adjourning tidak harus selalu berada di akhir fase perkembangan kelompok. Potensi adjourning juga akan selalu ada di fase forming, norming, dan performing. 

4. Pengelompokan Sosial

Kelompok dan Pengelompokan Sosial

Gambar disamping menunjukkan hasil sensus penduduk Indonesia tahun 2020. Bagaimana peluang dan tantangan yang mungkin dialami Indonesia terkait hasil sensus tersebut? Manakah komposisi penduduk yang lebih banyak antara usia produktif dan nonproduktif? 

Coba kalian diskusikan pertanyaan tersebut bersama guru di kelas dengan melakukan penelusuran sumber-sumber pendukung yang dapat diakses di kelas. Kalian dapat langsung memahami komposisi penduduk Indonesia karena data pada gambar disamping disajikan menggunakan kategori yang jelas. 

Apa saja kategori yang digunakan? Ya, terdapat kategori pre-boomer, post gen Z, gen Z, milenial, gen X, dan baby boomer. Semua kategori tersebut dibedakan berdasarkan perkiraan usia atau perbedaan tahun lahir penduduk. Setelah menyimak penjelasan tersebut, coba jawab pertanyaan berikut. 

Apakah pengkategorian penduduk berdasarkan usia sama dengan keberagaman kelompok sosial dalam masyarakat? Jawabannya, tentu tidak. Kelompok (group) merupakan dua atau lebih individu yang dihubungkan oleh dan dalam hubungan sosial (Forsyth, 2010:3). 

Sementara itu, pengelompokan atau kategori (category) merupakan sejumlah orang yang mungkin belum pernah bertemu satu sama lain tetapi memiliki karakteristik yang sama (seperti tingkat pendidikan, usia, ras, atau jenis kelamin) (Kendall, 2015:140). 

Mengapa pengelompokan atau kategorisasi perlu dilakukan dalam masyarakat? Pengelompokan perlu dilakukan agar kita lebih mudah mengidentifikasi kondisi masyarakat yang kompleks. Akan tetapi, terkadang pengelompokan sosial mendorong terciptanya labelisasi tertentu.

Akibatnya, sebagian orang mengelompokkan keberadaan orang lain dengan standar tertentu, yaitu berdasarkan persepsi atau pemahaman yang melekat pada pemikiran mereka. Labelisasi ini tidak jarang bercampur dengan prasangka sehingga menjadi alasan bagi mereka untuk memisahkan diri dengan orang lain. 

Oleh karena itu, kalian perlu berpikir kritis ketika memosisikan diri dalam kehidupan masyarakat. Kalian tidak boleh mudah terpengaruh dengan labelisasi atau prasangka yang belum tentu kebenarannya. 

Dengan demikian, kalian tidak mudah terpecah belah dan bisa turut serta dalam memelihara persatuan dalam masyarakat.

Bona Pasogit
Bona Pasogit Content Creator, Video Creator and Writer

Posting Komentar untuk "Kelompok dan Pengelompokan Sosial"

close