Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Antropologi

Sejarah Antropologi

Secara kenyataannva antropologi menjadi sebuah ilmu mengalami proses logika yang sangat berbeda dengan ilrnu-ilmu lainnya. Antropologi mengalami penyadaran sebagai sebuah ilmu ketika ilmu domir-un lainnya, seperti sosiologi sudah sangat mapan dan diterima ciikalangan ilmuan. 

Antropologi mengalami jeda yang cukup panjang dari kemunculan awalnya sebagai embrio pengetahuan antropologi rnenuju ke posisi keilmuan antropologi. Kebiasaanva proses pembentukkan ilmu-ilmu lainnya dilakukan secara runut dari awal pengetahuan sampai akhirnya menjadi ilmu. 

Antropologi disadari menjadi ilmu yang rnuncul belakangan setelah sosiologi, sehingga untuk membentuk prosesnya antropologi merekontruksi ulang proses-proses awalnya antropologi sebagai sebuah pengetahuan. 

Antropologi dari sudut pengetahuan sudah acia bersamaan dengan ilmu-ilmu dominan lainnya, seperti sosiologi. Namun antropologi sebagai sebuah ihnu pengetahuan baru terbentuk di perrnulaan abad 20. Ada semacam jeda pembentukan antara pengetahuan antropologi dan keilmuan antropologi. 

Koentjaraningrat (2009), mengemukakan 4 (empat) rangka.ian fase perkernbangan ilmu Antronologi, yaitu: Pertama, sebelum abad - 18. Dimulai dari kedatangan bangsa Eropa Barat ke Benua Afrika, Asia, dan Amerika. 

Keriatangan bangsa Eropa Barat ini besertamerta dengan para musafir, pelaut, penerjemah dan pegawai pemerintah jajahan yang melakukan penulisan kisah perjalanan dan laporan temuan tentang adat-istiadat, susunan masyarakat dan ciri-ciri fisik suku bangsa yang ada di benua Afrika, Asia dan Amerika. 

Pengetahuan adat-istiadat, susunan masyarakat dan ciriciri fisik suku bangsa ini mendorong barryak kalangan untuk mempelajarinya. 

Kedua, pertengahan abad - 19. muncul pengintegrasian pengetahuan adar istiadat, susunan masyarakat dan ciri-ciri fisik suku bangsa itu ke dalam cara berfikir evolusi masyarakat. Rumusan evolusi masyarakat itu menyebutkan 'mas)ra1aft3t dan kebuclayszn manusia telah berevolusi dengan sangat lambat yakni dalam jangka waktu beribu-ribu tahun lamanya'. 

Berdasarkan cara berfikir evolusi tersebut, maka muncullah kategorisasi kebudavaan bangsa-bangsa di dunia ke dalam tingkatan-tingkatan evolusi. 

Pada fase ini terbentuk lah ilmu antropologi, dimana proses pemhentukkannya semakin lengkap dengan beberapa kegiatan hasil penelitian tentang sejarah penyebaran kebudayaan bangsa-bangsa di dunia. Ketiga, permulaan abad - 20. 

Pada fase ini ilmu aniropologi berkembang ke arah praktis, sebagai dampak dari kernapanan kekuasaan negara penjajah di Eropa di daerah-daerah jajahannya di luar Eropa. Ilmu Antropologi digunakan untuk mempelajari bangsabangsa di luar Eropa yang sangat beragam dan kon-rpleks kebudavaan masyarakatnya. 

Coleman & Watson (2005) mengemukakan bahn a praktek antropologi dimulai begitu manusia muiai berpikir tentang masyarakat dan keyakinan-keyakinan mereka, dan secara sadar memutuskan untuk membandingkan diri nlereka sendiri dengan masyarakat-mas\rarakat lain yang melakukan kontak dengan mereka. 

Sebagai contoh sifat ilmu antropologi ini berkembang di negara Inggris, yang pada r.t aktu itu sebagai negara penjajah yang paling dominan. Kemudian salah satu tokoh antropologi yang terkenal giat saat itu adalah Franz Boas.

Franz Boas dan mahasiswanya berusaha menegakkan paham bahwa perbedaan-perl:edaan bioiogis yang ada antara berbagai populasi manusia dan menjadi dasar klasifikasi rasial itu sebenarnya tidak akurat, tetapi perbedaan-perbedaan budaya lah yang menjadi sumber perbedaan pokok antara manusia (Kuper & Kuper, 2000). Keempat, sesudah 1930-an. 

Di fase ini ilmu antropologi mengalami perkembangan yang paling luas, baik dari segi bahanbahan kajian vang lebih detil maupun dari segi penggunaan metode ilmiahnya. Perkembangar-r ini terutama terjadi di universitas-universitas di Amerika serikat sampai tahun 1951-an berkembang ke negara-negara lainnya. 

Pokok dan sasaran dari penelitian para ahli antropologi tidak lagi hanva suku-suku bangsa yang tinggal di benua di luar Eropa, tetapi sudah beralih ke daerah-daerah pedesaan yang dari segi keragaman fisiknya, masyarakatnya serta kebudayaarutya. 

Di fase ke empat ini, antropologi mengalami pergeseran *ilayah kajian dengan menjauhi upava pendokumentasian pola historis ke perhatian vang melnfokuskan pada hubungan antara proses kultural dan ekonomi, politik dan sosiologi, dengan tetap menekankan pada aspek kultural (Lukes, dalam Outhwaite, 2008). 

4 (empat) rangkaian fase perkembangan ilmu antropologi ini sampai sekarang dijadikan oleh banvak ahli-ahli budaya maupun pengajar uni\rersitas-universitas di Indonesia sebagai kerangka acuan mempelajari dan memahami proses pembentukan ilmu antropologi.
Bona Pasogit
Bona Pasogit Content Creator, Video Creator and Writer

Posting Komentar untuk "Sejarah Antropologi"

close