Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hasil Keragaman Data Arkeologi

Hasil Keragaman Data Arkeologi

Teknik pengumpulan data melalui arkeologi (Puslit Arkenas, 1999:14) yakni: 

  • Penjajagan, yang mana memeriksa kembali data arkeologi yang tersedia apakah sudah mampu menjawab pertanyaan untuk penelitian lebih lanjut. 
  • Survei, yang mana tahapannya bisa melalui pengukuran permukaan tanah, bawah air, potret udara serta melakukan ekskavasi uji lubang galian dan wawancara terhadap masyarakat sekitar. Kemudian, teknik pengumpulan data yang lain adalah ekskavasi yakni teknik pengumpulan data dengan menggali di bawah tanah atau di bawah air untuk mendapatkan hasil data tentang ekofak, artefak atau fitur yang mengerucut pada situs. 

Menurut kalian, budaya material apa saja yang dicari oleh arkeolog dalam mengumpulkan data penelitian? Tahukah kalian bahwa sumber data tersebut dapat membantu arkeolog dalam menyelidiki dan menggambarkan tentang fenomena sosial budaya dan kehidupan suatu masyarakat kebudayaan? 

Dengan teknik pengumpulan data dari arkeologi yakni utamanya ekskavasi ataupun dengan penyelidikan studi literatur dari museum (penjajagan), maka data tersebut dapat menyingkap penggambaran kehidupan manusia di zaman dahulu yang menjadi identitas budaya mereka. 

Data arkeologis juga dapat mengungkap dinamika kebudayaan yang terjadi di masa lampau bahkan zaman sebelum mengenal tulisan. Kajian antropologi jelas memerlukan data arkeologi dalam mendukung temuan mereka tentang fenomena budaya yang terjadi. 

Hasil data ini ada 4 jenis yakni artefak (artifact), ekofak (ekofact), fitur, dan situs. Pembahasan pada bagian ini berfokus pada 4 hal tersebut.

a. Artefak 

Artefak adalah bentuk kebudayaan yang bersifat material yang diproduksi oleh masyarakat sebagai suatu kebudayaan (Puslit Arkenas, 1999:39). Artefak juga dapat menunjukkan bagaimana kecerdasan manusia saat itu dalam menciptakan suatu alat dan membantunya dalam mengatasi keadaan di masa lampau. Sehingga artefak adalah bentuk peninggalan manusia untuk menyelidiki fenomena budaya yang terjadi di masa lampau (Bikic, 2007:9). Berikut beberapa contoh artefak: 

1) Senjata 

Alat ini juga berfungsi dalam berburu dan mengumpulkan makanan. Seperti alat serpih yang digunakan untuk memotong hewan dan mengambil kulitnya untuk dijadikan sebagai pakaian. 

Fungsi lainnya adalah perkakas ini digunakan oleh manusia terdahulu untuk memperluas lahan tanah dan mendirikan tempat tinggal mereka seperti bagaimana kapak perimbas berfungsi untuk menebang pohon (Puslit Arkenas, 1999:40). 

Senjata juga bisa dipergunakan sebagai alat bantu lainnya seperti mencangkul tanah dengan kapak persegi. Dalam hal ini juga senjata memudahkan mereka untuk bertahan hidup khususnya dalam berburu dan mengumpulkan makanan. 

Senjata juga termasuk alat untuk mempertahankan diri dari ancaman pihak-pihak lain seperti hewan buas. Senjata kemudian dibedakan berdasarkan bahan dasarnya yakni tulang hewan, kayu, dan logam (perunggu dan besi). 

Dalam perkembangannya, senjata mengalami beberapa perubahan tergantung dari kondisi dan situasi di masyarakat. 

Misalnya, perkembangan senjata dari kayu berubah menjadi besi atau tembaga karena masyarakat saat itu mulai mengenal logam karena aktivitas penggalian tambang (Puslit Arkenas, 1999:70-71). Bahkan cara manusia menggunakan senjata juga berubah-ubah dari yang semula dipukul atau ditusuk kemudian dilempar memakai tombak maupun ditembak melalui busur panah.

Senjata juga berfungsi sebagai mempertahankan teritorialnya atau memperebutkan daerah kekuasaan secara destruktif. Dalam hal ini bagaimana senjata digunakan untuk melawan atau menjajah masyarakat di daerah lain. 

Hal ini tergantung pengetahuan masyarakat setempat bagaimana memanfaatkan senjata itu untuk memenangkan perang atau mempertahankan daerahnya. Senjata juga bisa menjadi identitas sebuah daerah tertentu. 

Senjata di berbagai daerah tentunya berbeda-beda karena dipengaruhi sebuah kultur dan agama. Makna rencong bagi orang Aceh pun beragam yakni kekuatan dari Allah dalam menggunakan senjata tersebut, tolak bala, dan bahkan juga keagungan sebagai muslim (Waryanti, 2013:410). 

Rencong telah diusulkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO karena Aceh dikenal sebagai tanah rencong. 

2) Wadah 

Alat ini digunakan untuk menampung, menyimpan atau memuat barang. Pada masyarakat dahulu, mereka menggunakan serat kayu atau rotan sebagai anyaman dalam membentuk wadah. 

Ada pula bejana yang digunakan untuk menaruh sesajen dalam upacara keagamaan atau juga bisa dipakai untuk tempat minum. Lalu ketika masyarakat di masa neolitikum mulai mengaplikasikan tanah liat menjadi sebuah kerajinan keramik yakni gerabah atau tembikar (Puslit Arkenas, 1999:144).

Wadah dari masa ke masa mengalami perubahan karena perkembangan zaman. Semisal di Cina, tembikar ini didekorasi agar lebih elok dilihat di dalam ruangan serta menunjukkan status sosial pemiliknya di masyarakat (Zulfadli, 2007:45). 

Wadah berupa porselen ini dilekati nilai estetis di dalamnya. Di Indonesia sendiri, wadah juga masih dilestarikan lewat upacaraupacara tertentu. Salah satu contohnya adalah keni gayo yang merupakan kerajinan tradisional khas, berupa kendi dari suku Gayo. 

Keni gayo merupakan pewarisan dari upacara pernikahan karena perlengkapan kendi harus ada dalam upacara tersebut (Sukiman, 2020:45). 

3) Pakaian 

Pakaian merupakan kebutuhan dasar manusia untuk menyesuaikan kondisi cuaca. Di zaman dahulu, manusia menggunakan kulit hewan bahkan kulit pepohonan. Tentunya pakaian di suatu wilayah cenderung berbeda-beda karena dipengaruhi faktor iklim, lingkungan tempat tinggal/geografi, dan nilai budaya. 

Misalnya, suku Inuit atau Eskimo yang tinggal di Kutub Utara menggunakan bulu beruang dan serigala sebagai bahan pakaian untuk menahan dinginnya suhu. Hal ini berbeda dengan suku-suku Mesir di gurun pasir yang memakai kain biasa yang dapat menyerap keringat. 

Pakaian juga menjadi simbol pemakainya. Pakaian menunjukkan posisi, jabatan, dan status sosial dalam perkembangannya. Misalnya, ketika upacara adat atau keagamaan, kita dapat mengenali pemuka adat/agama dari apa yang mereka kenakan. 

Antropologi juga mengkaji gaya hidup sehari-hari terkait dengan gaya berpakaian atau fesyen. Pakaian juga merupakan unsur kebudayaan yang menjadi simbol bagi suatu bangsa. Salah satunya, batik yang menjadi ikon khas Indonesia. 

Batik merupakan warisan budaya yang telah mengalami akulturasi dan hampir ada di setiap wilayah Indonesia dengan keunikan tersendiri. Sebagai bahan pakaian, kain batik kemudian diaplikasikan pada kemeja, gaun, daster, iket, blangkon, dan sebagainya. Batik ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009. Tanggal itu kemudian diperingati sebagai Hari Batik Nasional.

4) Perhiasan 

Perhiasan digunakan zaman purbakala dulu sebagai upacara perkawinan, kematian dan beberapa upacara lainnya. Manusia zaman dahulu menggunakan perhiasan sebagai piranti mengandung daya magis yang memiliki kekuatan gaib atau juga berasal dari wahyu Tuhan. 

Perhiasan mereka saat itu berupa kulit kerang, batu, tulang hewan bahkan tulang manusia. Seiring perkembangan zaman, fungsi perhiasan berubah seperti pakaian yakni sebagai simbol posisi, jabatan, dan status sosial di masyarakat. 

Namun, perhiasan lebih memainkan peranan simbolik lebih dalam ketimbang pakaian. Di Indonesia banyak terdapat ragam rupa perhiasan. Di Sumatera Utara misalnya, dalam adat suku Mandailing, pengantin wanita memakai perhiasan diikatkan di kening yang disebut bulang. 

Bulang terdiri dari bulang karbo (bulang kerbau) bertingkat tiga, dan bulang bertingkat dua disebut bulang hambeng (bulang kambing). Penamaan bulang tersebut dihubungkan dengan hewan yang disembelih untuk upacara pernikahan adat tersebut.

Pada bagian pinggang dipakai bobat, yang terbuat dari emas atau perak bermotif kepala ular sebagai lambang keagungan (Husni & Siregar, 2000:9-11). Pengantin pria menggunakan tutup kepala disebut ampu, yang terbuat dari kain yang diberi ornamen emas. Warna hitam pada ampu mengandung fungsi magis sedangkan warna emas mengandung lambang kebesaran. 

5) Alat Transportasi 

Alat transportasi adalah alat untuk mendukung atau memfasilitasi manusia untuk berpindah tempat dekat maupun jauh. Manusia juga berpindah ke tempat lain tanpa membutuhkan tenaga besar dan waktu yang cukup. Selain itu alat ini juga diharapkan memudahkan manusia mengirim barang ke tempat lain. 

Dalam zaman purba dahulu, manusia menggunakan sampan sebagai alat transportasi di sungai atau laut. Pada pergantian masa, manusia menggunakan kuda, lembu, dan unta yang bisa dimodifikasi dengan kereta karena masyarakat mengenal roda dan gerobak. 

Memasuk revolusi industri, seiring dengan penemuan mesin uap, masyarakat mengenal adanya mesin. Antropolog berupaya mengungkap bagaimana mobilitas penduduk di satu daerah lainnya melalui penggalian artefak ini. 

Antropolog juga mereka-reka bagaimana pembuatan alat transportasi pada saat itu dengan bantuan data arkeologi berupa artefak. Salah satu contohnya alat transportasi laut di Indonesia yang terkenal pada masanya yakni kapal Pinisi dari Sulawesi Selatan. 

Kapal ini memuat nilai-nilai luhur di dalamnya yakni sikap kegotong-royongan ketika membangun kapal (Ramadhani et.al., 2014:2). Kapal ini juga ditetapkan menjadi warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tanggal 7 Desember 2007. 

6) Patung dan Relief 

Patung merupakan bentuk seni pahat yang sudah ada dalam zaman prasejarah. Dahulu patung diciptakan untuk disembah sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan karena mewakili bentuk ilahi atau sebagai perwujudan perantara kepada ilahi. 

Budaya totemisme misalnya, memaknai adanya suatu kekuatan gaib yang dianggap sakral bersemayam di dalam sebuah patung yakni roh nenek moyang suku itu sendiri. Suku Asmat masih menganutnya dengan dibuktikan dari motif hiasan yang ada di pahatan-pahatan patung, tameng ataupun hasil seni mereka (Maryone, 2011:51).

Sedangkan relief merupakan suatu seni pahat yang dibuat oleh manusia zaman itu untuk menggambarkan suatu kehidupan tokoh seperti raja-raja, pedagang, pemuka agama, atau bentuk lain seperti hewan dan tumbuhan. 

Relief merupakan dokumentasi visual kehidupan masa lampau sekaligus menjadi bukti tentang bagaimana kebudayaan suatu entitas masyarakat berkembang saat itu. Relief yang ada di Indonesia, salah satunya adalah relief Candi Borobudur yang menggambarkan tentang bagaimana kehidupan sang Buddha dengan ajaran-ajarannya mengandung nilai-nilai luhur bagi pemeluk agama Buddha.

7) Prasasti 

Prasasti adalah dokumen bersifat tertulis yang diukir di atas batu maupun logam dengan tulisan kuno. Kegunaan prasasti adalah memperingati bagaimana suatu peristiwa terjadi atau monumen peringatan tentang hari-hari besar, semisal kemenangan dalam menaklukkan kerajaan lain. 

Selain itu prasasti juga memuat pengaturan-pengaturan kaidah sosial yang ada saat itu bahkan prasasti dipercaya mengandung kutukan apabila dilanggar. Prasasti juga dapat berisi pujian di mana ia ditulis seperti puisi yang ditujukan untuk sang Ilahi ataupun untuk raja berkuasa saat itu. 

Selain itu, prasasti juga menggambarkan silsilah-silsilah keluarga kerajaan. Prasasti dapat pula menjadi sumber penelitian antropologis, di mana memberikan pengetahuan tentang silsilah-silsilah keluarga yang membentuk sistem kekerabatan. 

Contoh prasasti di Indonesia yakni Kebon Kopi, Ciaruteun, Pasir Awi, Jambu di Bogor (Kerajaan Tarumanegara), Canggal di Magelang (Kerajaan Mataram Kuno), dan sebagainya. 

8) Mata Uang 

Di zaman dahulu sebelum menemukan mata uang, masyarakat primitif menggunakan barter dalam kegiatan ekonomi. Barter merupakan mekanisme tukar-menukar ekonomi yang dihargai menurut tingkat kebutuhan terhadap permintaan suatu barang. 

Semisal masyarakat pesisir pantai menukar hasil komoditas laut seperti ikan, garam, dan kerang (perhiasan) kepada masyarakat yang hidup bercocok tanam atau tidak mempunyai sumber daya alam di laut. 

Seiring perkembangan waktu, masyarakat menilai praktik barter sebagai mekanisme ekonomi merugikan salah satu pihak karena alat pembayaran yang dinilai kurang pas. Untuk menjawab persoalan tersebut, maka muncul mata uang sebagai alat tukar-menukar yang sah. 

Pada awal periode, mata uang berbentuk kepingan seperti kerang. Pada gilirannya, seiring dengan kemajuan teknologi saat itu, bahan pembuat uang berubah menjadi logam seperti tembaga, perunggu, tembaga maupun emas. 

Tetapi setelah penemuan kertas oleh masyarakat Tiongkok, akhirnya alat pembayaran ada yang berbentuk kertas yang memuat pecahan nominal tertentu sebagai nilai dari uang tersebut.  Antropolog juga berusaha menyelidiki artefak ini dalam kegiatan perekonomian mereka. 

Dalam hal ini, antropolog berusaha menyingkap bagaimana nilai ekonomi suatu barang yang merupakan kebutuhan primer. Contohnya, gobog yaitu uang berbentuk bulat dengan satu sisi yang digunakan saat kerajaan Majapahit (Sukendra dalam Putra, 2011:50). 

Uang gobog tersebut bergambar punakawan/ ratu menaiki seekor binatang menyerupai kuda yang melambangkan kebijaksanaan dan kewibawaan. Antropolog berusaha meneliti tentang cara pembuatannya dan memaknai setiap motif yang tergambar dalam logam tersebut.

9) Alat Musik 

Alat musik juga menjadi sebuah artefak dari masyarakat zaman dahulu. Dia digunakan dalam upacara-upacara tertentu seperti keagamaan, pernikahan, dan kematian. Alat musik juga sebagai sebuah pertunjukkan dan juga sebagai sarana hiburan bagi masyarakat tersebut. 

Alat musik tersebut mengalami perkembangan dalam memainkannya seperti dimainkan secara petikan, dipukul, ditiup maupun digesek. Dalam hal ini untuk memperdalami alat musik tersebut melalui ilmu yang dinamakan arkeomusikologi. 

 Di Indonesia terdapat keragaman alat musik yang menjadi sebuah kebanggaan di mata dunia seperti alat musik petik sasando dari Nusa Tenggara Timur. Ada pula musik tiup dari Jawa Barat berupa seruling bambu serta alat musik yang dipukul yakni kolintang dari masyarakat Minahasa, Sulawesi Utara. 

Di Sumedang, Jawa Barat, terdapat alat musik gesek tradisional bernama tarawangsa. Antropolog juga memahami alat musik sebagai bentuk kesatuan dari sebuah unsur kebudayaan. Salah satunya alat musik tarawangsa ini yang sudah menjadi bagian ritual keagamaan terkait ucapan syukur atas hasil panen padi yang melimpah. 

b. Ekofak 

Ekofak mengacu pada benda alam yang tidak dibuat tetapi diduga telah dimanfaatkan oleh manusia (Puslit Arkenas, 1999:4). Benda alam tersebut dianggap mempunyai hubungan dengan kehidupan manusia seperti: tulang hewan, biji-bijian, mata air, sungai, tanah, dan lain sebagainya. 

Kajian arkeologi ini cukup luas karena mencakup beberapa ilmu lain seperti geologi, biologi, kimia, metalurgi bahkan paleoantropologi (analisis sisasisa manusia yang terdapat dalam ragawi/fisik). Pada bab ini pendekatan dipersempit lagi ke dalam analisi botani dan zoologi.

c. Fitur 

Fitur merupakan peninggalan sejarah yang tidak dapat diangkat dari tempat kedudukannya (Puslit Arkenas, 1999:4). Selain tidak mungkin untuk dipindahkan karena berat, dikhawatirkan akan merusak peninggalan sejarah tersebut. Fitur juga merupakan sebuah peninggalan sejarah yang masih terjaga keasliannya di lokasi penemuannya. 

d. Situs 

Situs merupakan tempat ditemukannya artefak, fitur, dan ekofak baik yang berada di daratan (terrestrial archaeology) dan yang di bawah permukaan air (underwater archaeology). 

Situs dapat dianggap pula sebagai bentuk peninggalan arkeologi, terutama ketika kita mengkaji sekumpulan tinggalan dalam suatu kawasan tertentu (Puslit Arkenas, 1999:14). Situs dianggap sebagai miniatur kehidupan karena mencakup artefak, ekofak, dan fitur di dalamnya. 

Salah satu contohnya situs Trowulan yang menggambarkan bagaimana kehidupan kerajaan Majapahit di Trowulan. Hal ini bisa dilihat dari prasasti Canggu, candi, dan gapura di sana. 

Bona Pasogit
Bona Pasogit Content Creator, Video Creator and Writer

Posting Komentar untuk "Hasil Keragaman Data Arkeologi"

close