Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ragam Bahasa di Indonesia

Ragam Bahasa di Indonesia

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat di dunia sangat beragam, yang kemudian dapat dikelompokkan ke dalam satu rumpun bahasa yang memiliki asal-usul leluhur yang sama. 

Terdapat beberapa sub rumpun bahasa di dunia, yang terdiri atas rumpun bahasa Indo-Eropa, rumpun Sino-Tibetan, rumpun Niger-Kongo, rumpun Austronesia, rumpun Dravida, rumpun Afro-Asiatik, rumpun Chari-Nul, rumpun Fino-Ugris, rumpun Altai, rumpun Amerindia, dan masih banyak lagi. 

Bahasa-bahasa yang ada di dunia ini bersifat divergensive atau dengan cepat memecah dan menyebar menjadi bahasa baru yang lebih banyak atau terus berkembang, namun sebaliknya bahasa juga dapat mengalami kepunahan karena tidak lagi digunakan oleh penuturnya yang beralih menggunakan bahasa lain (Dyastiningrum, 2009). 

Apabila ditinjau berdasarkan perspektif sejarah atau historisnya, bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, yang masih berada pada satu rumpun bahasa yang sama, yaitu rumpun Austronesia. 

Bahasa Indonesia berakar dari bahasa Melayu yang telah digunakan sebagai lingua franca di kawasan nusantara bahkan di Asia Tenggara selama beberapa abad sebelumnya. 

Hal itu dibuktikan dengan penemuan prasasti-prasasti pada beberapa kerajaan besar di nusantara yang ditulis menggunakan bahasa Melayu kuno, seperti prasasti Kedukan Bukit, prasasti Talang Tuo, prasasti Kota Kapur, dan prasasti Karang Berahi. 

Bukti tertulis tersebut menunjukkan bahwa bahasa Melayu telah digunakan di berbagai wilayah nusantara, khususnya di wilayah Sumatera dan beberapa kerajaan besar pada saat ini, seperti kerajaan Sriwijaya. 

Pada zaman penjajahan Belanda, penggunaan Bahasa Melayu berkembang pesat di Indonesia dan digunakan sebagai bahasa pengantar pendidikan dan komunikasi dalam surat kabar. Kemudian bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa persatuan dengan nama bahasa Indonesia melalui Kongres Pemuda pada 28 Oktober 1928 di Jakarta (Repelita, 2018). 

Selain menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, masyarakat Indonesia juga menggunakan beragam bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari. 

Keragaman bahasa daerah yang ada di Indonesia ini tidak terlepas dari konsekuensinya sebagai negara kepulauan dengan letak geografis yang terpisah oleh lautan, sehingga masyarakat pada masing-masing daerah mengembangkan budaya dan bahasa yang berbeda. 

Berdasarkan data statistik kebahasaan tahun 2018 dari Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud (2019), terdapat 750 bahasa daerah di Indonesia, yang menjadikan bangsa Indonesia kaya akan bahasa daerah.

Ragam bahasa daerah tersebut digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, di mana masingmasing bahasa daerah memiliki tata aturan bahasa dan makna atau arti kata yang berbeda antara bahasa daerah satu dengan yang lain. 

Dengan demikian, terdapat perbedaan pemahaman masyarakat mengenai segala hal yang ada dalam kehidupan sosial budaya penutur bahasa daerah dengan penutur di wilayah lain. Salah satu contoh perbedaan pemahaman masyarakat mengenai makna suatu kata menurut bahasa daerahnya, misalnya dalam bahasa Sunda. 

Seseorang meminta orang lain dengan mengucapkan, “Cokot kalengna!” berarti ambil kalengnya, kemudian ditanggapi dengan kata “Atos” yang berarti sudah. 

Sedangkan dengan bahasa Jawa, seseorang yang mengucapkan atau meminta orang lain dengan mengucapkan kata “Cokot Kalenge!” berarti gigitlah kalengnya, kemudian akan ditanggapi dengan kata “Atos” yang berarti keras. 

Hal ini menunjukkan bahwa satu kata pada bahasa daerah lain dapat merujuk arti yang berbeda, sehingga pemahaman masyarakat akan kata tersebut serta respon yang diberikan pun akan berbeda. Di samping itu, penutur bahasa daerah yang sama dapat memiliki variasi dalam pengucapan bahasa atau aksen yang berbeda pada satu tempat dengan tempat lainnya atau yang disebut dengan dialek.

Salah satu dialek atau variasi bahasa Jawa yang dipergunakan oleh masyarakat di wilayah Banyumas bahkan hingga ke daerah CirebonIndramayu atau yang disebut dengan bahasa Ngapak. 

Ngapak adalah salah satu variasi bahasa Jawa yang unik dengan logat atau aksen penggunaan bahasa yang agak berbeda dibandingkan dengan dialek bahasa Jawa pada daerah lainnya. Penutur variasi bahasa Ngapak ini berjumlah 12-15 juta penutur. 

Adapun perbedaan utama dialek bahasa Ngapak dengan dialek bahasa Jawa umumnya terletak pada pengucapan kata yang berakhiran dengan huruf a tetap diucapkan dengan bunyi a, bukan o, seperti pengucapan ‘’songo” (sembilan) pada dialek bahasa Jawa daerah Solo dan Jogja. 

Sedangkan dialek bahasa Jawa Ngapak diucapkan dengan kata “sanga”. Selain itu pengucapan kata berakhiran huruf k dalam dialek bahasa Jawa Ngapak cenderung dibaca dengan jelas dibandingkan dengan dialek bahasa Jawa lainnya.

Bona Pasogit
Bona Pasogit Content Creator, Video Creator and Writer

Posting Komentar untuk "Ragam Bahasa di Indonesia"

close